Kamis, 24 Juli 2008

EKSEKUSI

Ibu

sudah aku buktikan cintaku kepadamu
sudah aku baktikan hidupku kepadamu
sudah aku buktikan baktiku kepadamu
dengan matiku
bersamamu

melalui rahimmu aku hidub
bersamamu juga aku mati

ternyata mati cuma begini
mati matian aku takut mati
ternyata cuma begini

di mana ini ?
ah..itu tak penting

ibu .....ibu tahu dari mana terang benderang ini berasal ?
kenapa ibu diam saja ?

berpuluh tahun kita terpisah jeruji
berpeluh peluh aku rindu ibu

ayolah...ibu, kita cerita apa saja
tentang kampung kita
tentang padi menguning yang telah lama kita tinggalkan
tentang aroma damen busuk yang wangi
tentang gang dolly yang membuat kita begini

akan aku ceritakan juga
tentang camelia yang menolak cintaku
tentang bekas luka luka di tubuhku
tentang rinduku kepadamu
yang hanya di mengerti oleh nada nada lagu

atau
ibu masih teringat peristiwa barusan ?
dinginya lapangan tembak itu ?
orang orang ramah yang tiba tiba angkuh tapi matanya menggenang air ?
prok keteprok senapan di kokang ?
berseliyut pedang aba aba membelah angin ?
oh...ibu..biarlah itu urusan Tuhan

toh... kita tidak butuh waktu lama untuk meregang sakit
bener.....aku tidak begitu sakit tadi
ketika dor..terdengar satu kali
dada kiriku terasa dingin
kemudian aku merasakan cairan hangat membasah perut ke kakiku
ibu begitu juga kan ?

setelah itu aku disini, di pelukmu ibu
aku tenteram disini, di tempat terang benderang tapi tak terlihat matahari ini
kita maafkan ya ibu
orang orang ramah yang tiba tiba angkuh tadi.....

ibu lebih cantik sekarang
senyumlah ibu.........
aku mencintaimu
dengan hidub dan matiku









                                                          "  mas Sugeng....
                                       hanya Allah lah tempat kembali,
                               dan sampeyan damai disisi Nya sekarang"


                            Galangan Segoromadu 24 Juli 2008. 20.06



Rabu, 26 Maret 2008

BONDAN PRAKOSO

Sudah lama aku tak masuk kamar ABG - ku KIKI.

Selain karena aku sering pulang malam, aku juga menghormati dia. Aku berikan privacy penuh untuk tidak melanggar "teritorial" tanpa izinnya.

Tadi pagi sepintas aku lihat wajahnya sedikit berminyak. Jerawat kecil kecil mulai tumbuh di kening dan sedikit di ujung hidung.

Aih.....mulai remaja anakku ini.

Menstruasi pertamanya pas hari raya Idul Fitri dua tahun lalu.

Neneknya membuat bubur merah untuk menandai telah remajanya anakku ini.

Waktu memang serasa cepat larinya. Anak yang kemarin masih ku gendong, ku ajak mandi bareng, kuciumi keteknya, sekarang sudah menjadi gadis kecil yang cantik. Sudah tak berani lagi aku mencandainya sembarangan.

Habis maghrib kuketuk pintunya kamarnya.

"Masuk.....!" dengan nada suaranya mirip adegan sama di sinetron indonesia.

Akupun membuka pintu. Menyapu pandang ke seluruh ruangan.

Kamarnya rapi khas cewek. Ranjang tidurnya di lapisi sprei kembang kembang. Ada sedikit aroma apel di ruangan ini. Musik keroncong mengalun lembut dari player di sudut.

Anak abg suka keroncong ? aku membatin.

Kiki senyum senyum memegang buku di ujung tempat tidur.

"Opo pak ?" tanyanya.

Aku tak menjawab. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mataku tetuju ke gambar poster di dinding. Satu, dua, tiga. Ada tiga gambar yang sama. Gambar seorang berusia tujubelas tahunan. Dengan jaket kulit hitam, memegang gitar bass dengan expresi trance. Di bawah poster bertuliskan " expresikan aksimu X ". Aku coba mengingat tentang gambar poster itu. Tak satupun bayangan terlintas.

" Iku sopo nduk.....?" akhirnya aku tak tahan ingin tahu.

" Itu Bondan pak, Bondan Prakoso namanya. Wuih...cabikan gitarnya keren abis pak. Betotan bassnya powerfull, choopernya alus tapi mantap, improvisasinya dahsyat...pak." Anakku nyerocos tak tersela.

" Dan lagi pak, lagu lagunya itu lho, nyeleneh pak, lain dari yang lain. Gak kaya band anak anak orang kaya itu, yang cuma menggeber distorsi pada gitarnya. Banter sih banter tapi miskin harmoni."

Sejak kapan anaku ini jadi pengamat musik.

Aku terbengong bengong di buatnya.

"Coba bapak dengerin lagu ini !" tanganya meraih remote dan mengalunlah lagu kroncong nan melankolis mirip punya gesang. Iya bagus intronya. Tapi begitu masuk syair kok ngerap. Masuk refrain kok ngerock. Lagu apa ini ? Aku tetep gak mudheng.

"Lagu ini lagi ngetop pak"

"Trus Kiki ngefans sama artis....siapa tadi namanya? Bondan ? "

"Ya iyaaaalaaaah ....bondan geetooo looooh ...." jawabnya bak sinetron remaja.



Aku terpikir sesuatu. Tapi tak tega membuyarkan keasikanya menikmati kroncong ala bondan.

Aku membatin. Anak ku ternyata juga terasuki oleh budaya ngepop. Nggak gaul kalau nggak ngepop. Sebuah keniscayaan di zaman ini. Orang tua tua sering terkaget kaget dengan ini.

Ada nasihat yang belum terucap malam itu.

Annaku, sekarang ini memang kita hidup di zaman modern.

Tapi untuk urusan mendidik anak bapakmu ini orang yang memegang teguh prinsip luhur agama kita. Islam.
Anakku jaga dirimu. Keep Virgin.
Berbahagialah dalam masa remajamu, kami orangtuamu akan membimbingmu sampai nanti, sampai saat ada sesorang yang akan meneruskan memimbingmu. Menjadi imammu.



LUV U KIKI

ULTAH ANAKKU 2

Istriku
Ketika semua mata tertuju ke Mada, tak lepas aku melihatmu.
Karena sebenarnya engkaulah yang berhak atas pujian itu. Engkaulah yang berhak menerima ucapan selamat itu.
Selamat ulang tahun........selamat ulang tahun ....panjang umur.........
Sungguh, engkaulah yang panjang umur sebenarnya.
Engakulah yang berdarah darah di pagi yang kering lima tahun lalu.
Engakaulah yang matanya memerah karena memeras segenap tenaga waktu itu.
Aku mencintaimu lebih dari engkau mencintaiku.
Aku sangat berterimakasih atas ketelatenanmu mengasuh anak anak kita.
Terimakasih wonder womanku.

Istriku
Engkau percaya William Shakespeare ?
Yang mengatakan :

anakmu bukan anakmu
anakmu adalah anak anak kehidupan
seperti anak panah
engkau hanya melepaskan dari busurnya
selanjutnya kehidupan yang akan mengurusnya

Istriku
Gak usah percaya Shakespeare. Dia hanyalah orang tua idiot yang gak ngerti mencintai anak anak.
Kalau Mada misuh saat di bangunkan, itu bukan kebenaran pendapat Shakespeare.
Kita yang akan mengasuhnya sampai dia mendapatkan masa depanya, sampai dia mendapatkan kehidupanya sendiri.


Selamat istriku, anak kita lima tahun hari ini.

ULTAH ANAKKU 1

Kepada : Istriku
Ibu anak anakku

Istriku
Ingat kan hari ini tanggal berapa ?
Ingat kan hari ini ada apa ?
Ya..ya...ya... benar !
Hari ini adalah ulang tahun kelahiran anak kita MADA. Kurniawan Muhammada.

Hari ini lima tahun yang lalu. Di pagi yang kering karena kemarau. Di sebuah Rumah Sakit di Krian aku mendampingimu sepanjang waktu. Tak sebentarpun aku meninggalkanmu di ruang bercat putih itu.
"Buka Lima !" kata suster seperti sebuah aba aba untuk menyiapkan jantung lebih kuat dan lebih kuat lagi. Angka angka yang keluar dari bibir suster kurasakan bagai sebuah hitungan countdown untuk memulai pertarungan hidub dan mati. Aku menggenggam tanganmu erat. Dan kitapun larut dalam mantra mantra sakti doa doa memohon kekuatan yang kuasa. Kiranya Gusti Allah SWT memberikan kekuatan kepadamu.
Detik berjalan seperti pasir waktu yang tak lagi setia kepada hitungan. Lambat. Sementara mahluk dalam rahimu terus menendang nendang seolah tak sabar ingin merasakan hangat dunia.
Aku meninggalkanmu sebentar untuk berwudlu. Aku memang ingin menemanimu dan menerima jabang bayi ini dalam keadaan suci.
Suster memanggilku.
"Bapak saya minta persetujuan bapak untuk melakukan ******"
Aku lupa namanya tapi yang aku tangkap adalah ketubanmu akan di pecah dengan sebuah alat yang akan mempercepat proses kelahiran ini.
"Segala persyaratan medis sudah terpenuhi pak, tapi menunggu kontraksi normalnya kok lama, makanya kami lakukan ini untuk mempercepatnya pak."
Aku masih termangu ragu ragu.
"Kami juga akan memberikan obat perangsang kontraksinya."
Entah datangnya dari mana akhirnya aku dapat kemantapan itu. Dengan BISMILLAH akhirnya aku tandatangani persetujuan tindakan medis itu.
Istriku
Duapuluh menit kemudian rahimmu berkontraksi. Secara tak engkau sadari engkau mengejan sejadi jadinya. Peluh mulai membasahi keningmu. Dokter berjilbab itu sungguh pintar. Di ujung kakimu dengan telaten menuntunmu untuk berkontraksi.
Aku menggenggam tanganmu. Kepalamu membanting banting untuk mendapatkan kekuatan penuh itu. Kulantunkan Shalawat dengan pelan.
YA NABI SALAM ALAIKA
YA ROSUL SALAM ALAIKA
ANTA SYAMSUN ANTA BADRUN
YA NABI SALAM ALAIKA

Aku melihatnya ! Aku melihatnya !
Segumpal rambut perlahan menyembul dari rahimu.
Hampir berteriak aku !
YA NABI SALAM ALAIKA
YA ROSUL SALAM ALIKA.......
Aku melihatmu. Wajahmu pucat berbedak peluh. Hampir tak ku dengar engkau mengucap:
"aku nggak kuat ".
Centi demi centi perjalanan bayi mendadak berhenti. Kepalanya terjepit di antara dua kakimu.
Aku panik. Engkau pucat. Dokter berteriak :
"ayooooo.......sekaraaaang.......!"
(maafkan aku, aku yang tak pernah sekalipun membentakmu harus merelakanmu di bentak dokter itu)
Dan dengan kekutan terakhirmu engkau mengejan sangat keras dan agak lama.
"ALLLLLAH HHHHHHHHKKKKKKKKK.................."
Dan keluarlah seluruh tubuh bayi itu. Berdarah darah seluruh tubuhnya. Tangan mungilnya bergerak gerak. Tak bersuara.
Tubuhmu lemas lunglai. Matamu memerah akibat mengejan kuat dan lama, dan basah. Menangis.
Akupun menangis. Yang kedua dalam pernikahan kita menangis bersama.
(yang pertama saat malam pertama kita).
YA NABI SALAM ALAIKA
YA ROSUL SALAM ALAIKA
Aku menerima bayi itu dalam gendonganku. Kecil, bergerak gerak menggigil kedinginan. Mungkin kaget dengan dunia ini.
"Selamat pak bayinya laki laki."
"Terimakasih suster"
Dan aku tetap bershalawat untuk bayi kita itu.
TALAAL BADRU ALAIKA
MIN TSANIYATIL WAADA........